Oleh : Asnal Masyawi
Rekrutmen dan Kaderisasi
Kaderisasi merupakan hal yang esensial bagi suatu organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke masa depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan dan mutlak diperlukan dalam membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio atau regenerasi) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang diharapkan. Bung Hatta pernah menyatakan tentang kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit”. Berarti untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus dipersiapkan.
Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek), yaitu individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Kedua, sasaran kaderisasi (obyek), yaitu individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektual dan psikologis.
Pada hakikatnya kaderisasi dalam PMII adalah upaya–upaya secara totalitas yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan untuk membina serta mengembangkan potensi dzikir, fikir dan amal sholeh pada setiap warga pergerakan. Maka dari itu citra diri ulul albab disarikan dalam motto PMII dzikir, fikir, dan amal shaleh.
Dalam organisasi PMII melaksanakan kaderisasi yang terstruktur dan sistematis. Kaderisasi dalam PMII merupakan ujung tombak perkembangan dan kemajuan organisasi. Kaderiasi dalam PMII sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kaderisasi formal, kaderisasi informal, dan kaderisasi nonformal. Dalam berbagai jenjang tingkatan baik rayon, komisariat, cabang, koordinator cabang, maupun tingkatan pengurus besar melaksanakan yang namanya kaderisasi. Tentunya di setiap tingkatan memiliki tugas dan goalnya masing-masing.
Sistem kaderisasi PMII di seluruh Indonesia telah diatur sebagaimana mestinya yang ditetapkan oleh pusat. Karena begitu luasnya Indonesia dan perbedaan kultur baik dari segi SDM dan kampus mengharuskan setiap daerah menyesuaikan ketentuan-ketentuan kaderisasi yang ditetapkan dalam skala nasional untuk diramu sesuai dengan lokalisdem masing-masing. Akan tetapi dalam penyesuaian sistem kaderisasi tersebut juga harus mengarah ke garis haluan kaderisasi nasional.
Rembang sendiri tergolong cabang yang masih baru. Cabang ini dideklarasikan pada tahun 2012 dan baru menyandang cabang definitif pada tahun 2018. Kultur mahasiswa dan kampus di Rembang jelas berbeda dengan cabang-cabang yang sudah lama berdiri. Perbedaan yang paling umum diantaranya jumlah mahasiswa sedikit, mayoritas mahasiswa lokal, organisasi ekstra kampus yang masih minim. Perbedaan tersebutlah yang menjadi faktor sistem kaderisasi yang hasrus disesuaikan dengan lokalisdem daerah.
Sebelum Rembang resmi menjadi cabang definitif kaderisasi, khususnya dalam perekrutan hanya berfokus pada kuantitas. Hal itu dilakukan untuk memenuhi syarat minimal jumlah kader untuk menjadi cabang definitif. Akan tetapi setelah dinyatakan definitif dan PMII di Rembang mulai eksis arah kaderisasi mulai bergeser secara perlahan yang awalnya hanya berfokus pada kuantitas kini mulai mengarah kekualitas. Dalam proses perekrutan tentunya kuantitas masih sangat ditekankan. Akan tetapi, dalam pengawalan/pendampingan kader kualitas menjadi prioritas.
Penguatan Pengetahuan Kader
Jika berbicara tentang pengetahuan kader sangat sesuai dengan yang termaktub dalam Tujuan PMII sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 &Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia&.
Dalam tujuan PMII jelas terdapat poin berilmu yang berarti kader PMII dituntut untuk belajar yang salah satunya adalah penguatan pengetahuan. Penguatan pengetahuan PMII pada umumnya dilakukan melalui kaderisasi. Tidak hanya pengetahuan tentang PMII dan ideologi yang diantunya saja, tetapi berbagai jenis pengetahuan lain sebagai proses pengkualitasan kader juga ditempuh.
Jika berbicara penguatan pengetahuan PMII Rembang sangatlah relevan dengan visinya kaderisasi saat ini. Saat ini PMII Rembang tengah menggenjot pengkualitasan kader dengan penguatan pengetahuan. Diantar realisasinya yaitu kajian yang mulai digalakkan, budaya membaca buku yang dibumikan, dan penguatan pengetahuan sejarah lokal Rembang yang dimetamorfosakan ke dalam program Sekolah Sejarah.
Langkah yang paling lazim digunakan untuk penguatan pengetahuan di Rembang yaitu dengan diskusi. Diskusi yang dilakukan kebanyakan dalam forum-forum yang tidak resmi. Berbagai jenis pembahasan dilakukan dalam diskusi-diskusi yang masuk dalam kategori kaderisasi nonformal tersebut, baik berupa filsafat, politik, sosial, keagamaan, maupun pengetahuan tentang ke-PMII-an.
Pendampingan dan Penguatan Skill Kader di Rembang
Kader di Rembang berasal dari berbagai jenis latar belakang yang bersifat heterogen. Dalam pengawalan kader, pengkader biasanya melakukan analisa latar belakang setiap kadernya. Jika sudah mengantongi data-data tentang mereka akan mudah untuk melakukan pendampingan dan penguatan skill setiap kader.
Pada tingkatan komisariat maupun rayon, penguatan skill dilakukan sesuai dengan potensi diri setiap kader masing-masing. PMII menjadi salah satu wadah penyaluran dan pengembangan potensi diri kader dengan berbagai metode, baik melalui diskusi maupun mempertemukan dengan alumni yang sesuai dengan minat dan bakat kader. Contoh saja kader yang memiliki skill di bidang jurnalistik dilakukan pendampingan dengan mengkoneksikan dengan alumni yang expert di bidang jurnalistik. Alumni tersebut yang kemudian memberikan pengetahuan kejurnalistikan dan memberikan saran bahkan pengawalan. Untuk kader dengan bidang lain dilakukan dengan pola yang hampir sama.
Manifestasi Gerakan dan Distribusi Kader
Dalam melakukan pergerakan, PMII menggunakan NDP (Nilai Dasar Pergerakan) sebagai landasan bergeraknya. Empat poin dalam NDP yang menjadi landasan PMII yaitu ketauhidan, habluminallah, habluminannas, dan habluminal alam. Manifestasi gerakan tersebut khususnya di Rembang diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan positif yang positif sesuai dengan poin-poin NDP.
Perwujudan gerakan secara nyata PMII Rembang diimplementasikan dengan peran-peran PMII sebagai agen of change. PMII di Rembang yang merupakan organisasi ekstra kampus terbesar ikut serta dalam pengawasan kebijakan-kebijakan pemerintah. Setiap terdapat kebijakan yang merugikan masyarakat, PMII turut hadir menyuarakan. PMII juga mengambil peran strategis dalam organisasi kepemudaan di Rembang. Semua keterlibatan PMII ini di dasari oleh keyakinan, bahwa proses perubahan tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu organisasi, melainkan harus ada keterlibatan semua komponen.
Untuk penguatan kaderisasi dan pengetahuan kader, PMII melakukan distribusi kader ke berbagai posisi strategis. Di PMII Rembang hal itu telah dilakukan. Di kampus-kampus yang sudah ada PMII sebagian posisi strategis sudah mampu diisi oleh kader-kader PMII. Dengan distribusi kader tersebut secara otomatis perekrutan maupun kaderisasi akan lebih mudah dan lancar. Dikarenakan mayoritas mahasiswa kampus di Rembang merupakan mahasiswa lokal Rembang, distribusi kader juga dilakukan di desa/daerah masing-masing. Hal ini sangat efektif untuk mengetahui keadaan sosial di masyarakat dan juga mengamalkan ilmu yang di dapatkan dari PMII.
0 Komentar