Masih hangat untuk membincangkan seseorang yang mempunyai beberapa julukan di hati bangsa Indonesia, haul dan doa bersama yang dilakukan oleh Pengurus Cabang ( PC ) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Kabupaten Rembang untuk Gus Dur yang dialokasikan di rumah BUMN Rembang dengan menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa yaitu oleh Bapak Mohammad Sugihariyadi selaku direktur utama Akademi Komunitas Semen Indonesia ( AKSI ) dan Deni Tjoe selaku Ketua Gerakan Muda Forum Kerukunan Umat Beragama ( GEMA FKUB ). Rabu ( 5/1/2022 ).
Beberapa komisariat yang dinaungi oleh Pengurus Cabang ( PC ) Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Rembang juga turut berpartisipasi dari
terselenggaranya acara tersebut yang terdiri dari Komisariat Renaisans,
Komisariat Sultan Mahmud, Komisariat Al-Anwar, dan Komisariat Al-Hidayat Lasem.
Terlepas dari sisi nyentriknya Gus Dur dari beberapa sudut pandang yang dilontarkan kepada khalayak umum, gelar-gelar yang diperoleh, prinsip-prinsip,
gagasan, serta ajaran-ajaran yang disebarkan oleh beliau untuk
menciptakan sebuah rekonstruksi bagi bangsa Indonesia hingga saat ini.
Bapak Mohammad Sugihariyadi menuturkan bahwa Gus Dur selama ini dipahami oleh
publik sebagai tokoh kontroversial dan nyeleneh. Dengan hal itulah yang memicu
kontroversi serta kondisi masyarakat atau negara yang belum siap menerima
gagasan besar dengan menerapkan sembilan pemikiran Gus Dur agar sesuai harapan
di kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat.
“PMII Rembang yang notabene menjadi pewaris ideologi untuk perlu untuk
mengidentifikasi sejauh mana kualitas pemikiran Gus Dur di hadapan publik
sehingga membuat kontroversi dan masih dianggap di luar nalar. Selain itu akan
menjadi suatu penilaian kedewasaan negara dalam menghadapi dan menerima
pemikiran pemikiran seperti itu.” Jawabnya.
Selain itu juga, Bapak Deni Tjoe juga mengatakan bahwa pentingnya Bangsa
Indonesia belajar memahami sejarah awal dahulu bagaimana kita sebagai warga
Indonesia saling bersatu dan rukun tanpa adanya kesenjangan dari segi ras,
suku, maupun agama. Dengan begitu, sahabat-sahabati PMII dapat senantiasa
menghidupkan pemikiran-pemikiran dari beliau. Apabila diterapkan, besar
kemungkinan akan menjadi kader mahasiswa islam yang bernuansa rahmatan lil
alamiin.
"Intinya sahabat sahabati PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
) harus mulai membuka diri membangun inklusivitas kepada teman-teman di
luar PMII terutama yang non muslim baik yang tergabung dalam komunitas maupun
individu. Dalam arti, agar kita benar-benar bisa mewujudkan Islam yang
wasathiyah dan tidak menutup kemungkinan untuk membuka ruang perjumpaan dengan
mereka yang berbeda suku, ras, agama dengan seluas-luasnya." Tandasnya.
Penulis : Ayu Lestari ( Ketua Komisariat Al-Hidayat Lasem )
Editor : Asnal Masyawi
0 Komentar