Adakan Kontemplasi Podcast Hari Kartini, PMII Al-Hidayat Lasem Usungkan Tema Yang Khas

 




RAMAI. PMII Al-Hidayat Lasem gelar acara podcast dan diskusi bersama pengurus dan delegasi per 
komisariat se-Kabupaten Rembang.

Pmiirembang.or.id – Kontemplasi kegiatan yang diadakan oleh PMII Al-Hidayat Lasem ini berbeda dari yang lain. Pasalnya, dalam agenda tersebut mengusung tema tentang “Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme Ibu Kartini Dalam Perspektif Pesantren.” yang dialokasikan di kedai Warung Gagego Desa Gedongmulyo Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Kegiatan tersebut didatangi oleh beberapa delegasi dari per komisariat se-Kabupaten Rembang seperti Komisariat Sultan Mahmud, Komisariat Renaisans, dan Komisariat Al-Kamal Sarang. Kamis (21/4).

Podcast kali ini yang diselingi dengan diskusi sederhana dimana membahas soal perspektif R.A. Kartini dalam mempersepsikan dunia pesantren dengan balutan jiwa nasionalisme dan patriotisme. Perlu diketahui bahwa Ibu R.A. Kartini bukan hanya sebagai simbol pahlawan perempuan nasional, akan tetapi beliau juga merupakan seorang santri yang bawah didikan seorang kiai kharismatik asal Mayong Jepara, KH. Sholeh Darat yang semasa hidupnya mengabdi di Kota Semarang hingga akhir hayatnya.

Shofatus Shodiqoh, S.Sos menceritakan bahwasanya R.A Kartini menjadi seorang murid dari Romo KH. Sholeh Darat. dimana pada saat itu sang kiai memenuhi undangan pengajian yang diselenggarakan di kediaman R.A. Kartini, dengan penyampaian yang lugas dan mudah dipahami menggunakan tafsiran bahasa jawa. Terbersit dalam benak beliau untuk memberikan usul untuk dibuatkan tafsiran Al-Qur’an yang berbahasa jawa dengan tujuan untuk mempermudah perempuan-perempuan jawa pada saat itu dalam mengaji Al-Qur’an. Akhirnya, Sang Romo KH. Sholeh Darat merealisasikan permintaan dari Ibu R.A Kartini untuk membuat sebuah karangan buku tafsiran terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa jawa.

Beliau juga mengatakan bahwa figur R.A Kartini yang tak hanya menjadi seorang pahlawan perempuan, akan tetapi juga menjadi seorang santri yang diadikan sebuah pionir bagi perempuan Indonesia tentunya dalam memperjuangkan cita-cita dan diimbangi dengan jiwa spiritual yang harus dimiliki seorang perempuan.

    “Menjadi seorang santri tidak usah malu dan berkecil hati, malahan adanya keistemewaan menjadi seorang santri bermacam-macam, salah satunya dapat menguasai ilmu-ilmu agama tanpa mengesampingkan ilmu-ilmu umum lainnya.”Jawabnya.

    Adanya kesetaraan inilah menjadi harapan terbesar bagi ibu RA Kartini. Cita cita tinggi R.A Kartini bagi para santri, termasuk dalam memberikan ruang bagi para santri agar menjadi generasi bangsa yang berkualitas dari segi agama maupun umum.

    “Seorang santri tentunya harus terus berusaha untuk mengembangkan diri. Karena sudah marak para pejabat yang notabene berlatarbelakang sebagai santri seperti gubernur, menteri. Bupati, dosen, maupun guru. Bukan hanya itu, ada poin penting yang dimiliki anak santri adalah memiliki ilmu agama yang lebih daripada orang yang non santri. Dengan demikian, sosok R.A Kartini bisa menjadi inspirator dan edukasi untuk kita semua agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa.” Lanjutnya.


Penulis: Ayu Lestari (PMII Komisariat Al-Hidayat Lasem).

Editor: Asnal Masyawi


0 Komentar