Nurul Haniyah (Ketua Bidang Advokasi dan Pengembangan Jaringan) dan Chintami Budi Pertiwi (Ketua KOPRI PKC Jawa Tengah) berswafoto setelah menerbitkan modul tentang Santri Merdeka dari Kekerasan Seksual. (Doc. Chintami/Ayu Lestari).
REMBANG, pmiirembang.or.id – Kecam kekerasan seksual, Korps PMII
Putri (KOPRI) PKC Jawa Tengah gelar sekolah fasilitator wilayah 2.0 sembari
grand opening modul KOPRI Goes to Pesantren di Gedung Balai Diklat Keagamaan
(BDK) Kota Semarang, Jumat (28/6/2024).
Aktivitas ini diikuti oleh ketua
KOPRI Cabang dan perwakilah kader KOPRI se Jawa Tengah serta dibuka secara
resmi. Agenda tersebut akan berlangsung selama tiga hari pada tanggal 28-30 Juni
2024. Masing-masing cabang mengirimkan delegasinya untuk mengikuti setiap
runtutan acara. Hal ini ditujukan supaya seluruh kader KOPRI khususnya dapat
memberikan pengayaan serta memahami secara intensif pasca Fasilitator Wilayah
(Faswil) era 1.0.
Modul KOPRI PKC Jawa Tengah yang diberikan judul "Santri Merdeka dari Kekerasan Seksual" Goes to Pesantren merupakan sebuah inisiasi
dari KOPRI PKC Jawa Tengah dalam upaya pencegahan Kekerasan seksual di pondok
pesantren Jawa Tengah. Alat ukur ini disusun dengan tujuan besar yakni
menciptakan pondok pesantren Jawa Tengah sebagai ruang aman sekaligus sebagai
upaya perlawanan KOPRI Jawa Tengah dalam memerangi kejahatan seksual.
Kendati demikian aktivitas ini
diselenggarakan oleh panitia dengan beraneka ragam serta meningkatkan variasi
metode pembelajaran yang efektif dan ideal untuk keberlangsungan proses belajar
mengajar di tataran kaderisasi formal masing-masing cabang se Jawa Tengah.
Nurul Haniyah, Ketua Bidang
Advokasi dan Pengembangan Jaringan menyampaikan beberapa poin penting dalam
sambutannya mengenai fenomena Provinsi Jawa Tengah yang menduduki posisi ketiga
permasalahan kekerasan seksual atau dalam bahasa asing disebut Sexual Harrasment.
“Melihat data yang ada, pasti
kenyataan ini menjadi tamparan keras bagi kita semua. Jawa Tengah menduduki
peringkat ketiga maraknya kekerasan seksual yang bahkan di tataran pendidikan
pesantren banyak menyumbangkan kasus pencabulan, maka dari itu saya buat modul
kopri goes to school untuk pedoman
yang seragam di jajaran KOPRI Jawa Tengah,” ujar Nurul.
Dalam pelaksanaan Sosialisasi dan
advokasi di Pesantren se Jawa Tengah, Nurul dan jajaran pengurus KOPRI PKC Jawa
Tengah tentu berkolaborasi dengan United Nations International Children’s
Emergency Fund (UNICEF).
“Harapan besar dari adanya sosialisasi
dan advokasi adalah pondok pesantren di Jawa Tengah bebas oleh kekejaman dari kekerasan
seksual,” kata Nurul.
Selaras dengan Nurul, Ketua
Bidang Kaderisasi KOPRI PKC Jawa Tengah, Dewi Avivah mengimbuhkan pernyataan
penting mengenai metode baru dari pembelajaran kaderisasi formal KOPRI.
“Merangkap dari produk baru dari
KOPRI Jawa Tengah, kami ingin memberikan kabar baik mengenai role modele pengkaderan formal yang ada.
Jadi, ada beberapa pembaruan dari isi materi yang harus dipahami, sehingga efek jangka panjang dari sekolah formal tercapai di masing-masing cabang,” ujar Dewi.
Chintami Budi Pertiwi, Ketua
KOPRI PKC PMII Jawa Tengah menginstruksikan seluruh perwakilan cabang dari
Provinsi Jawa Tengah untuk bekerja sama menyukseskan program dari modul Goes to School.
“Selama fasil berlangsung,
peserta pasti mendapatkan materi secara intensif, lantaran pemateri dari acara
ini sangat kompeten di bidangnya. Maka saya harap, fasilitator wilayah ini akan
menjadi bekal untuk menghadirkan metode pembelajaran yang terbaru, menyenangkan dan tidak membosankan namun tidak
meninggalkan substansi materi pembelajaran” tambah Chintami.
Pasalnya, puncak realisasi
program ini menjadi gebrakan lanjutan dari hajat besar besar KOPRI PKC Jawa
Tengah dalam pelaksanaan sosialisasi dan advokasi di pesantren-pesantren se Jawa Tengah.
Penulis : (LK Kopri PKC Jawa Tengah)
Editor : Ayu Lestari
0 Komentar